Atap
Dalam kesunyian itu, aku duduk diatas atap dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Tatapan yang aku miliki sangat kosong hingga anak-anak di taman itu ingin menjadikannya tempat bersembunyi.
Tulisan ini aku dedikasikan pada angin yang dengan sukarela lewat di hadapanku.
Apakah aku khawatir akan benda yang jatuh ke kepala saat merenung? Jawabannya tidak karena burung hantu pun dari tadi merasa iba dan enggan hinggap di sekitarku.
Kehidupan dibawah sana masih sunyi karena manusia-manusianya sedang terlelap tidur, bila aku membuat bising sedikit dengan menjatuhkan satu buah genteng. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi, mereka akan terbangun lalu menganggapku maling atau mereka tetap terlelap tidur sehingga usahaku sia-sia saja. Bukankah kemungkinan yang kedua itu lebih menyakitkan?
Ini sudah malam. Setelah aku menyadarinya, taman itu kosong. Ah sudahlah, aku mulai berhalusinasi.
Komentar
Posting Komentar