Bunga
Satu persatu, kelopak itu jatuh, ada yang terbawa angin, air di sungai, tertimbun tanah, dan diambil oleh seorang anak yang tak sengaja melewatinya.
Anak itu menghargai kelopak tersebut dengan baik, merekatkan kelopak tersebut di sebuah buku yang penuh dengan tempelan-tempelan lain.
Bukan tak baik, angin membuat kelopaknya tak punya arah sendiri, ia hanya mengikuti tanpa benar-benar peduli.
Sedang air membiarkan kelopak itu terbawa arus, tersangkut atau tidak, air akan tetap menerpanya.
Untuk kelopak yang tertimbun tanah ini, ia tetap disana, meski penuh tekanan, ia tetap menggenggam utuh dirinya.
Untuk tiap kelopak yang terlihat baik-baik saja dan malang. Aku hanya ingin berpesan, bahwa dimanapun kelopak berada, kelopak tetaplah kelopak yang pernah menyusun bunga indah itu.
Komentar
Posting Komentar